Rabu, 01 September 2010

Biografi Habib Abdurrahman bin Assegaf

Al Faqih ‘Abdullah bin ‘Umar Ba ‘Abbad berkata, “Digelari Al ‘Atthos karena ia bersin dalam perut ibunya.” Al Habib ‘Ali bin Hasan Al ‘Atthos berkata: “Apa yang diungkapkan oleh Syekh ‘Abdullah itu memang jelas dan benar adanya, dan berdasarkan riwayat yang kami temukan, orang yang pertama kali bersin dalam perut ibunya adalah Al Habib ‘Aqil bin Salim. Tetapi kemudian yang lebih dikenal menyandang gelar itu adalah Al Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman dan para keturunannya. Adapun keturunan Al Habib ‘Aqil bin Salim, mereka lebih dikenal dengan sebutan Al ‘Aqil bin Salim saja.”

• Kelahiran dan Masa Kecil

Shohiburrotib Al Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Aqil Al ‘Atthos bin Salim bin ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Syekh Wajihuddin ‘Abdurrahan As-Segaf bin Muhammad Maula Dawilah bin ‘Ali bin ‘Alwi bin Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Shohibul Marbath bin ‘Ali Kholi’ Qasam bin ‘Alwi bin Muhammad bin ‘Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad bin ‘Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin ‘Ali Al ‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin ‘Ali Zainal ‘abidin bin Husein bin Fathimah Az-Zahro binti Rasulullah (saw) istri Imam ‘Ali bin Abi Thalib, lahir di kota Lisik tidak jauh dari kota Tarim pada tahun 992 H. Ayahnya yaitu As Sayyid ‘Abdurrahman bin ‘Aqil Al’Atthos adalah seorang ‘arif billah, sekaligus ‘ulama berpengetahuan luas. Ibundanya yaitu syarifah Muznah binti Muhammad bin Ahmad Al Jufri. Kakeknya As Sayyid ‘Aqil bin Salim adalah saudara kembar fakhrul Wujud Syekh Abu Bakar bin Salim Shohib ‘Inat.
Beliau dibesarkan di bawah bimbingan ayahandanya dengan bimbingan yang sempurna dan beradab tinggi. Sejak kecil beliau telah kehilangan penglihatan kedua matanya. Namun ALLAH menggantinya dengan mata hati yang bercahaya dan terang benderang, disertai kecerdasan yang luar biasa sehingga beliau mampu menghafal semua yang beliau dengan dari guru-guru beliau. Ayah beliau berkata kepada Syekh ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah Al Junaid: “Hati-hati dengan anakku ‘Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat.” Syekh ‘Abdurrahman Al Junaid berkata, “Kedua mata lahir ‘Umar memang tidak dapat melihat, akan tetapi mata batinnya terang dan memancarkan cahaya.
Sewaktu ibunda beliau mendatangi salah seorang Sholihin seraya berkata, “Anak saya ini tidak bisa melihat, sedangkan ayahnya adalah seorang faqir yang tidak berharta.” Orang Shalih itu berkata, “Engkau tak perlu khawatir! Sesungguhnya anak ini kelak akan memiliki masa depan yang cemerlang dan keagungan maqom yang tak terbayangkan, dia akan memiliki keturunan yang sangat banyak seperti keluarga fulan bin fulan.”

• Hijrah ke Huraidhoh

Al Habib Husain bin Syekh Abu Bakar bin Salim seringkali berkata, “Wahai keluarga Ba ‘Alawi Huraidhoh.” Orang-oangpun bertanya keheranan, “Bukankah tidak ada satu orangpun dari kalangan ‘alawiyyin yang menetap di Huraidhoh?” Al Habib Husain berkata: “Mereka akan datang dan bermukim di Huraidhoh, tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang ramai diziarahi, kubah-kubah dan masjid akan menghiasi kota itu.”
Sewaktu Al Habib ‘Umar masuk usia remaja, Al Habib Husein bin Asy-Syekh Abu Bakr memerintahkannya untuk pergi ke Huraidhoh sebagai juru dakwah yang menyebarkan ajaran islam disana. Al Habib ‘Umar pun bergegas untuk pergi berdakwah di Huraidhoh.
Pada saat darang ke Huraidhoh, beliau disambut oleh Najad Adz-Dzibani yang kemudian memintanya untuk tetap tinggal di rumahnya selama beliau berada di kota itu. Ia berkata “Rumah ini adalah rumah anda sendiri wahai Al Habib.”
Al Habib Umar memutuskan untuk menetap di Huraidhoh, beliau kembali ke Lisik untuk membawa seluruh anggota keluarganya. Setibanya di Huraidhoh, sang ayah, Al Habib ‘Abdurrahman Al ‘Atthas jatuh sakit dan meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Setelah Al Habib ‘Umar menetap di Huraidhoh, Syekh ‘Abdullah bin Ahmad Al ‘Afif (seorang wali besar) bernazar untuk mempersembahkan bagian dari kebun kurmanya untuk Al Habib ‘Umar. Tetapi setelah beliau terima, beliau menyerahkan pemberian itu kepada penduduk setempat. “Itulah nazar saya unruk kalian, maka terimalah nazar itu.”
“Kenapa tidak engkau tinggalkan untuk anak dan keluargamu?” kata sebagian orang. Al Habib ‘Umar menjawab, “Anak-anak saya kelak akan menguasai seluruh negeri ini.” Dan benar saja, anak cucu keturunan Al Habib ‘Umar Al ‘Atthas sangat banyak dan menyebar di seluruh penjuru negeri.

• Guru-guru besar Al Habib ‘Umar dan sanad-sanadnya

Shohiburrotib Al Habib ‘umar mengembil libas khirqoh dari Syekh Husein bin Syekh Abu bakar bin salim dan saudaranya Syekh ‘Umar Muhdhor. Mereka berdua mengambilnya dari ayah mereka, Syekh Abu Bakar bin Salim, Shohib ‘Inat. Syekh Abu Bakar mengambilnya dari Syekh Syihabuddin Ahmad bin ‘Abdurrahman, dari ayahnya Syekh ‘Abdurrahmab bin ‘Ali, dari ayahnya Syekh ‘Ali bin Abu Bakar, dari ayahnya SYekh Abu Bakr Assakran, dari ayahnya Asy-Syekh Al Kabir ‘Abdurrahman Assegaf. Asy-Syekh Al Kabir ‘Abdurrahman Assegaf mengambil libas khirqoh dari Muhammad Maula Dawilah, dari ayahnya ‘Ali, dari ayahnya Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin’Ali Ba’Alawi. Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin’Ali Ba’Alawi mengambil libas khirqoh: jalur kakek-kakek beliau dan jalur biasa.

Berkaitan dari jalur kakek-kakeknya, Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin’Ali Ba’Alawi mengambil dari Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath, dari ‘Ali Khali’ Qasam, dari ‘Ali bin Muhammad Shohibul Shauma’ah, dari ‘alwi Shohibul Sumul, dari ‘Ubaidillan ibn Ahmad AL Muhajir, dari Isa Arrumi, dari Muhammad Annaqib, dari Al Imam ‘Ali Al ‘Uaidhi, dari Al Imam Ja’far Ash-shodiq, dari Al Imam Muhammad Al Baqir, dari al Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin, dari ayah dan pamannya, Al Imam Husein dan Al Imam Hasan bin ‘Ali bin Abi tholib. Keduanya mengambil dari Rasulullah (saw). Sedangkan Rasulullah (saw) memperoleh pendidikan dari ALLAH (SWT) melalui Malaikat Jibril. Rasulullah (saw) berkata, “Tuhanku mendidik aku, dan didikan-NYA padaku sangat baik.”

Sedangkan melalui jalur biasa, Al Faqih Al Muqaddam mengambil libas khirqoh shufiyyah dari Syu’aib Abu Madyan at-Tilimsani Al Maghribi, melalui Syekh ‘Abdurrahman Al muq’ad dan Syekh ‘Abdullah Ash-Shaleh, dari Syekh Abu Ya’za Al Maghribi, dari Syekh Abul Hasan bin Harzam (Abu Harzam), dari Syekh Abu Abu Bakar bin Muhammad bin Abdullah bin al ‘Arabi dan Al Qadhi Al Maghafiri, dari Syekh Hujjatul Islam al Imam Ghazzali, dari Imam Haramain ‘Abdul Malik bin Asy-Syekh Abu ‘Abdillah bin Yusuf al Juwaini, dari ayahnya, dari Abu Thalib Al Makki, dari Asy-Syekh Al Ustadz Asy-Syibli, dari SAayyidut-Tha’ifah Al Junaid, dari Dawud Ath-Tha’I, dari Habib Al Ajmi’, dari hasan Al Bashri, dari Al Imam ‘Ali bin bin Abi Thalib. Selanjutnya Imam ‘Ali mengambil dari Rasulullah (saw) dan Rasulullah memperoleh pendidikan dari ALLAH (SWT) melalui Jibril.

• Murid-murid dan Thoriqoh Al Habib ‘Umar

Di antara murid Al Habib ‘Umarialah As-Sayyid Al habib ‘Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dan murid-murid lainnya adalah :
Al habib Ahmad bin Zein Al Habsyi, As-Sayyidul Jalil Ahmad bin Hasyim Al Habsyi, As-Sayyidul Jalil ‘Ali bin ‘Umar bin Husein bin Asy-syekh ‘Ali, putera-putera Al habib ‘Umar sendiri dan masih banyak lagi murid-murid beliau lainnya, khususnya yang berasal dari Wadi Dau’an dari keturunan Al ‘Amudi dan keturunan para sayyid keluarga Al Barr, seperti Al Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman Al Barr.

• Karangan-karangan Al Habib ‘Umar
Tidak pernah kita dengar bahwa Al Habib ‘Umar memiliki karya tulis selain Ratibul ‘Atthas. Pernah ada seseorang bertanya kepada Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad apa saja karya Al Habib ‘Umar Al ‘Atthas. Dengan tegasnya Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata, “aku adalah salah satu karya besar Al Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman Al ‘Atthas.”

Al Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman Al ‘Atthas wafat pada malam Kamis tanggal 23 Rabi’uts Tsani tahun 1072 H di rumah kediaman beliau di kota Nafhun, setelah sebelumnya beliau menderita sakit selama 7 hari. Jenazah beliau diantar ke Huraidhoh untuk dikebumikan di sana. Usai penguburan jasad beliau, Huraidhoh dibasahi oleh rintik-rintik hujan gerimis pertanda turunnya keberkahan pada kota Huraidhoh dan sekitarnya.
Semoga kelak kita semua dapat mengikuti jejak beliau dan semoga kita semua dibangkitkan dan dikumpulkan bersama beliau dan kakek-kakeknya sampai ke Rasulullah (saw), Amiin.

Larangan Memandang Laki-Laki Yang Bukan Muhrimnya Bagi Perempuan

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kaum wanita untuk memelihara pandangan mereka dari laki-laki yang bukan muhrimnya, dimana Dia berfirman.

"Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka". [An-Nur : 31]

Imam Al-Hafidz Imadudin Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan. [Tafsir Al-Qur'an Al-Adzim, III/283]

"Firman Allah : "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka", berarti pandangan terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi kaum wanita untuk melihatnya dari laki-laki selain suaminya. Oleh karena itu, banyak dari para ulama yang berpendapat untuk tidak memperbolehkan wanita melihat laki-laki yang bukan muhrimnya baik dengan syahwat maupun tidak".

Alasan larangan tersebut adalah karena pandangan wanita pada orang laki-laki yang bukan muhrimnya, atau sebaliknya, pandangan laki-laki kepada wanita yang bukan muhrimnya merupakan pendahuluan dari perbuatan zina, bahkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyebutnya sebagai "zina mata".

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak cucu Adam bagian dari zina, yang ia pasti mengetahuinya. Zina mata berupa pandangan, zina lisan berupa ucapan, dan jiwa mengharap dan menginginkan. Dan kemaluan yang membenarkan atau mendustainya". [Hadits Riwayat Muttafaqun 'alaihi]

Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullahu mengatakan. [Fathul Bari, Ibnu Hajar, XI/22]

Ibnu Bathal berkata : "Pandangan dan ucapan disebut berbuat zina karena keduanya mengajak kepada zina yang sebenarnya. Oleh karena itu Rasulullah mengatakan : 'Kemaluan membenarkan atau mengingkarinya'.

Allah berfirman.

"Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat'. Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya". [An-Nur : 30-31]

Dalam sebuah hadits diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda kepada Ali.

"Artinya : Wahai Ali, janganlah engkau susul pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)". [Hadits Riwayat Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Daud]

Dalam hadits lain disebutkan.

"Artinya : Pandangan mata itu laksana anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya, yang akan dia dapatkan hingga hari dia bertemu dengan-Nya".

Karena itu, setiap wanita Muslimah diharuskan untuk memelihara pandangannya dari melihat laki-laki yang bukan muhrimnya, karena yang demikian itu adalah lebih baginya di dunia dan di akhirat.

Disalin dari buku 30 Larangan Bagi Wanita, oleh Amr Bin Abdul Mun'in terbitan Pustaka Azzam - Jakarta.

Garam di Telaga Jiwa (sebuah renungan)


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"."Segar.", sahut tamunya."Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi."Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. "Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu." Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

KODE Babi Pada Makanan Berkemas {01}Tolong diForward ke saudara2 Muslim yang lain !!!!!!

Informasi bagus untuk kaum muslim. Sangat dihargai untukmenyebarluaskan ke teman-teman yang lain. **********************************************************

KODE BABI PADA MAKANAN BERKEMAS

Assalamu'alaikumOleh Dr.M. Anjad KhanSalah seorang rekan saya bernama Shaikh Sahib, bekerja sebagai pegawai diBadan Pengawasan Obat & Makanan (POM) di Pegal, Perancis. Tugasnya,mencatat semua merk barang, makanan & obat-obatanProduk apapun yang akan disajikan suatu perusahaan ke pasaran,bahan-bahan produk tesebut harus terlebih dulu mendapat ijin dari BPOMPrancis dan Shaikh Sahib bekerja di bagian QC. Tak heran jika ia mengetahuiberbagai macam bahan makanan yang dipasarkan. Banyak dari bahan-bahan tersebutdituliskan dengan istilah ilmiah, namun ada juga beberapa yang dituliskan dalambentuk matematis seperti E-904, E-141.Awalnya, saat Shaikh Sahib menemukan bentuk matematis, dia penasaranlalu menanyakan kode matematis tersebut kepada orang Prancis yang berwenangdalam bidang itu. Orang Prancis menjawab, Kerjakan saja tugasmu, danjangan banyak tanya ...!Jawaban itu, semakin menimbulkan kecurigaan Sahib, lalu ia pun mulaimencari tahu kode matematis dalam dokumen yang ada. Ternyata, apa yangdia temukan cukup mengagetkan kaum muslimin dunia. Hampir di seluruhnegara bagian barat, termasuk Eropa pilihan utama untuk daging adalah dagingbabi.Peternakan babi sangat banyak terdapat di negara- negara tersebut. DiPerancis sendiri jumlah peternakan babi mencapai lebih dari 42.000 unit.Jumlah kandungan lemak dalam tubuh babi sangat tinggi dibandingkandengan hwan lainnya. Namun, orang Eropa & Amerika berusaha menghindarilemak-lemak itu. Yang menjadi pertanyaan dikemanakan lemak-lemak babitersebut ? Babi-babi dipotong di rumah jagal yang diawasi BPOM, tapi yang bikinpusing POM adalah membuang lemak yang sudah dipisahkan dari daging babi.Dahulu sekitar 60 tahun lalu, lemak-lemak babi itu dibakar. Kini merekapun berpikir untuk memanfaatkan lemak-lemak tersebut. Sebagai awal ujicobanya, mereka membuat sabun dengan bahan lemak babi, dan ternyataberhasil.Lemak-lemak itu diproses secara kimiawi, dikemas rapi dan dipasarkan.Negara di Eropa memberlakukan aturan yang mewajibkan bahan setiapproduk makanan, obat-obatan harus dicantumkan pada kemasan. Karena itu, bahandari lemak babi dicantumkan dengan nama Pig Fat (lemak babi) padakemasan produknya. Agar mudah dipasarkan, penulisan lemak babi dalam kemasandiganti dengan lemak hewan. Ketika produsen ditanya pihak berwenang dari negara Islam,maka dijawab lemak tersebut adalah lemak sapi & domba. Meskipun begitulemak-lemak itu haram bagi muslim, karena penyembelihannya tidak sesuaisyariat Islam.Label baru itu dilarang keras masuk negara Islam, akibatnyaprodusen menghadapi masalah keuangan sangat serius, karena 75% penghasilanmereka diperoleh dengan menjual produk ke negara Islam, mengingat laba yangdicapai bisa mencapai miliaran dollar.Akhirnya, mereka membuat kodifikasi bahasa yang hanya dimengerti BPOM,sementara orang lain tak ada yang tahu. Kode diawali dengan E ? CODES,E-INGREDIENTS, ini terdapat dalam produk perusahaan mutinasional,antara lain :pasta gigi, pemen karet, cokelat, gula2, biskuit, makanan kaleng,buah2an kaleng, dan beberapa multivitamin serta masih banyak lagi jenis makanan& obat2an lainnya.Karena itu, saya mohon kepada sesama muslim dimana pun, untukmemeriksa secara seksama bahan2 produk yang akan kita konsumsi dan mencocokannyadengan daftar kode E-CODES, berikut ini karena produk dengan kode-kodedi bawah ini, positif mengandung lemak babi :E100, E110, E120, E-140, E141, E153, E210, E213, E214, E216, E234,E252,E270, E280, E325, E326, E327, E337, E422, E430, E431, E432, E433, E434, E435, E436, E440, E470, E471, E472, E473, E474, E475, E476, E477, E478, E481, E482,E483, E491, E492, E493, E494, E495, E542, E570, E572, E631, E635, E904.

Adalah tanggungjawab kita bersama untuk mengikuti syari'at Islam danjuga memberitahukan informasi ini kepada sesama muslim lainnya.Semoga manfaat,M. Anjad KhanMedical Research Institute United States****************Prennss ...kalo mo hang out di Starbucks or Coffebean, pikir2 ulang deh... karena, ternyata semua minuman mengandung elmusifier yang berasaldari babi. Kalo membeli makanan kita juga gampang mengetahui halal or haram,caranya dg melihat ada tidaknya kode E ? trus tiga digit angka dibelakangnya,dan itu artinya bahan2 berasal dari lemak babi...****************Dear all ...Jika memang emulsifier yang dipake starbuck adalah kode E471 (tidak adaembel2 lain, misal : lecithin de sojaatau soy lecithin), maka sayayakni bahwa 'origin'nya adalah pork or varken (babi)Sebenarnya tak hanya E471 tapi juga E472, para keluarga muslimGroningen the Netherlands & ikatan kel muslim Eropa memperingatkan kami utkmengecek content / ingredient emulsifier ini pd setiap produk makanan yg akandibeli. Kami pun sempat kaget, karena emulsifier juga digunakan pada rotitawar. Karena itu, kami sarankan kpd kel muslim utk pilih roti tawar dgistilah biological bread (non-chemical additive), tentu saja resikonya hargalebih mahal (1/2 blok roti tawar jenis ini hampir 3 X harga roti tawar dgemulsifier),yang pentingkan halal.****************************FYI ....E471 biasa dikenal dg sebutan lecithin è originnya merupakan ekstrakdari tulang babi.E472 (saya tak ingat nama dagangnya) è originnya adalah ekstraktulang babi.Kedua additive ini merupakan senyawa turunan dr asam lemak (fattyacid). Biasanya kedua additive ini sangat sering ditemukan pada produk2berikut :Produk makanan mengandung cokelat è roti, ice cream, biskuit, dllProduk makanan yg perlu elmusifier è coklat bar, ice cream, or bulk,coffee cream, marshmallo, jelly, dsb.Demikian sekilas info, semoga manfaatWallahu'alam bi shawab

Tauhid, inti dakwah para Rasul


“Dan sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada setiap ummat agar mereka menyeru, ‘Beribadahlah kalian semua kepada Allah dan jauhilah thaghut’.” (An-Nahl : 36).

“Dan tidaklah Kami utus seorang rasul sebelum kamu (Muhammad), kecuali telah Kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tiada ilah kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’ : 25).

Telah lewat jaman para rasul, dan telah turun syariat mereka untuk kaum-kaum mereka. Begitu pula telah ditetapkan inti ajaran dan dakwah dari rasul kita, yaitu Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam. Para rasul adalah orang-orang yang terpilih untuk menyampaikan risalah yang agung ini. Tidaklah Allah ta’ala mengutus dan memberikan amanah ini kepada seseorang kecuali pasti dan pasti Allah ta’ala mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Allah ‘azza wa jalla juga tidak akan menciptakan manusia begitu saja, ditelantarkan dan dibiarkan hidup tanpa tujuan. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala : “Apakah manusia mengira bahwa mereka ditelantarkan dan didiamkan saja ?” (Al-Qiyamah : 36). Imam Syafi’i menafsirkan ayat ini, “Tidak dilarang dan tidak diperintah ?” (Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid Muhammad Abdul Wahhab, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh)
Akan tetapi Allah berfirman : “Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56)

Setelah kita dapat mengetahui tujuan Allah menciptakan kita, maka akan jelaslah apa tujuan dakwah para rasul bagi setiap umatnya, karena yang menjadi tujuan Allah pastilah juga menjadi tujuan para utusan-Nya. Tujuan dakwah para rasul tidak lain adalah makna dari ayat yang telah tertulis di awal risalah ini (An-Nahl : 36). Adapun makna dari ayat tersebut, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, “Sesungguhnya Dia telah mengutus seorang rasul kepada setiap kelompok manusia dengan kalimat yang tinggi, ‘beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut’, yang artinya adalah beribadahlah kalian hanya kepada Allah semata dan tinggalkan peribadatan kepada selain-Nya.”

Adapun makna thaghut, Ibnul Qayyim berkata, “Thaghut adalah suatu keadaan yang melebihi batasan-batasan seorang hamba, seperti diibadahi, diikuti atau ditaaati (dalam hal yang melanggar syariat).”
Maka Ibnul Qayyim membagi macam-macam thaghut pada setiap kaum, yaitu :
1. Orang yag berhukum selain dari hukum Allah dan rasul-Nya (al-Qur’an dan as-Sunnah).
2. Orang yang diibadahi selain Allah dan dia ridlo.
3. Orang yang diikuti, tetapi dia tidak berada di atas bashirah (ilmu) dari Allah dan diapun ridlo.
4. Orang yang ditaati dalam perkara-perkara yang dalam perkara-perkara tersebut hanya Allah-lah yang pantas untuk ditaati dan diapun dalam keadaan ridlo. (Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid)

Sungguh para rasul yang telah diutus sangat memperhatikan ilmu tauhid ini. Dapat dilihat dari sejarah Nabi kita, Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam, beliau selama tigabelas tahun mendakwahkan tauhid dan aqidah di Makkah, baru kemudian ilmu yang lainnya di Madinah. Perjalanan Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam ini menunjukkan betapa besarnya perkara tauhid ini. Dalam hal ini Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata, “Dan perkara yang paling agung, yang Allah perintahkan adalah Tauhid yang artinya mengesakan Allah dalam beribadah, sedangkan larangan yang paling besar adalah Syirik yang artinya beribadah kepada Allah tetapi disertai juga beribadah kepada selain-Nya.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Muhammad at-Tamimi, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin).
Allah ta’ala berfirman dalam kitab-Nya : “Beribadahlah hanya kepada Allah dan jangan kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” (An-Nisa : 36)

Ibnul Qayyim pun berkata, “Barangsiapa yang ingin meninggikan bangunannya, maka wajib bagi dia untuk memperkuat pondasinya, karena tingginya bangunan itu ditentukan oleh kekuatan pondasinya. Amal shalih merupakan cermin dari bangunan dan keimananlah (tauhid) sebagai pondasinya. Tentu seorang yang bijaksana akan memperhatikan secara khusus pada pondasinya dan berusaha untuk memantapkannya, akan tetapi orang yang bodoh akan berusaha untuk meninggikan bangunannya, maka tidak berapa lama bangunannya pasti akan runtuh.” (Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar : 13, Syaikh Abdul Malik Ahmad Ar-Ramadhany)

Perkataan Ibnul Qayyim ini merupakan perkataan yang sangat indah. Perkataan yang menggambarkan betapa pentingnya tauhid untuk mendapatkan keutamaan di sisi Allah jalla jalaluh. Dengan tauhid maka akan menimbulkan keyakinan di hati seorang hamba dan akan melaksanakan syariat ini dengan sungguh-sungguh, dia tidak akan goyah dari hembusan-hembusan orang disekitarnya yang akan melencengkan dia dari jalan yang lurus. Jika ada suatu hal yang mencocoki syariat, maka akan dipegang erat-erat, jika tidak, maka akan dijauhi sejauh-jauhnya. Itulah hasil yang didapat dari pondasi yang kuat atau tauhid yang mantap. Akan tetapi sungguh telah banyak manusia yang melalaikannya, bahkan dari orang-orang yang ditokohkan banyak yang mengatakan, “Untuk memajukan umat ini kita harus memperhatikan permasalahan ekonomi, teknologi, dan sosial serta politik agar tidak tertinggal dari peradaban barat yang sangat maju, dan hanya permasalahan inilah yang menjadi titik tumpu bagi kemajuan bangsa-bangsa barat”. Subhanallah …… !!! Maka tidak heran jika mereka, yaitu orang-orang yang ditokohkan, berbicara di atas panggung, maka mereka akan mengambil tema “Teknologi Islam”, “Ekonomi Islam”, dan mengenyampingkan permasalahan tauhid. Jika ada yang mengambil tema “Tauhid yang benar”, “Aqidah yang lurus”, “Keutamaan Tauhid”, maka ini semua dianggap kuno dan ketinggalan jaman, padahal untuk mendapatkan yang mereka idamkan diperlukan kekokohan pondasi yaitu kekuatan tauhid dengan pengamalannya yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, jika tidak, maka, demi Allah, hancurlah bangunan mereka.

Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia : “Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman lagi beramal shalih diantara kalian untuk menjadikan mereka pemimpin-pemimpin di bumi ini, sebagaimana Allah telah jadikan pendahulu kalian sebagai pemimpin, dan sungguh Allah akan menetapkan agama yang diridloi-Nya untuk mereka, dan sungguh Allah akan menggantikan rasa takut menjadi rasa aman bagi mereka. Yang demikian itu akan didapatkan manakala kalian menyembah-Ku dan tidak berbuat syirik dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang kufur setelah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (An-Nur : 55). Ayat di atas menjelaskan kepada kita, bahwa akan tercapainya kepemimpinan di muka bumi, ketetapan agama dan ketenangan hidup adalah hanya dengan mengamalkan tauhid, yaitu hanya beribadah kepada-Nya, dan meninggalkan syirik, yaitu tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada-Nya. Ini adalah janji Allah, yang Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Akan tetapi jika kita mengingkari hal tersebut, melaksanakan tauhid dan meninggalkan syirik, maka Allah ta’ala akan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang fasiq.

Dengan semua penjelasan-penjelasan di atas, lalu bagaimanakah kita ? Apa yang akan kita utamakan setelah ini, tauhid atau yang lainnya ? Dengan apakah kita akan mendapatkan kejayaan, dengan tauhid atau dengan yang lain ? Sungguh jawabannya hanya berkisar pada satu titik, yaitu inti dari dakwah para rasul, yaitu mengetahui dan mengamalkan tauhid dan meninggalkan syirik. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan muwahhidin (orang-orang yang bertauhid) dan bukan musyrikin, Amiin ya Rabbal ‘Alamin. Wallahu A’lamu Bishshawab

HABIB SYAIKHON BIN MUSTHOFA ALBAHAR ( Kelakuan Nyeleneh seorang Wali )


habib syiikhon
Saya penasaran ingin sekali berjumpa dengan Habib Syaikhon bin Mustofha Al bahar, ada cerita- cerita menarik yang saya dengar dari guru guru dan teman teman saya yang pernah berjumpa dengan beliau bahwa ,beliau seorang ulama min Awliyaillah yang   Mazdub . Kelakuan yang sering diperlihatkan memang terasa aneh dan ganjil diluar kebiasaan manusia (khorikul a’dah ) bagi pandangan mata awam kita. Sebut saja ketika Habib Syaikhon menghadiri  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada saat  Mahalul qiyam  sedang berlangsung ,  Habib Syaikhon  hanya  duduk dan  nampak asyik makan dan mengacak acak hidangan yang ada di hadapannya. Para jamaah terperanjat di buatnya namun bagi yang mengerti dan memahami beliau hal tersebut di diamkan saja dan tak ada satupun jamaah yang menegurnya. Dan yang lebih mengherankan lagi sewaktu adzan magrib berkumandang  tepat di depan Musholla Habib Syaikhon membawa gitar dan teriak teriak di saat jamaah akan melangsungkan sholat maghrib, tentu saja hal ini membuat marah sang Marbot Mushollah dengan lantang sang  Marbot mencaci maki Habib Syaikhon habis habisan. Tiba tiba Habib Syaikhon menjepit leher Marbot tersebut dan di benamkan kedalam ketiaknya, dan tiba tiba marbot tersebut menangis sambil mengatakan ” saya lihat Mekkah….saya lihat Ka’bah dan Marbot tersebut meminta maaf kepada Habib Syaikhon.
Menurut seorang kerabat beliau bernama Sania ibrahim , bahwa untuk dapat bertemu dengan Habib syaikhon mudah saja asalkan punya niat yang baik untuk bersilahturahim , karena Habib Syaikhon sering berpindah pindah tempat , kadang beliau ada di Makam Ayahnya di Masjid Baidho di lubang buaya  jakarta timur dan terkadang ada di Gang Nangka Bintara 3, dan menurut cerita kalau bertemu beliau akan di sambut Khodam ( jin ) di depan pintu dan hanya orang orang yang sholeh dan punya niat yang baik yang dapat berjumpa dengan beliau dan apapun kata kata Habib Syaikhon dan kelakuan beliau jangan di terjemahkan dan diartikan seenaknya karena yang tahu maksudnya hanya Alloh swt.
Berbicara tentang sosok Waliyulloh di jaman sekarang memang sangat sulit di nalar oleh akal sehat, Kalau jaman dahulu sosok Waliyulloh dapat di jumpai di setiap daerah karena derajatnya di tinggikan dan di tampakkan karomahnya  oleh Alloh SWT sebagai “Himmatul Ummah” sosok manusia yang mempunyai kharisma dan karomah tinggi di hadapan Ummat seperti kisah perjuangan Wali songo tapi di jaman sekarang Derajat dan Karomah kewaliaan tidak semua di tampakkan dan banyak Para Waliyulloh menutup diri dari pandangan sifat manusia  karena takut terjadi Fitnah di tengah umat karena kehidupan manusia yang selalu berubah cendrung kepada kehidupan duniawiyah dan jauh dari ilmu agama.  Ada beberapa pendapat dari teman teman saya yang mengangap bahwa apa yang saya ceritakan tentang Habib Syaikhon mengada ada , mengandung Kufarat, tahayyul akan tetapi bagi Waliyulloh kemampuan tersebut bukanlah sesuatu yang beliau cari itu adalah anugrah  alloh yang diberikan kepada para waliyulloh ,Karena mereka telah melakukan pengembangan potensi ruh dengan cara melakukan amal khariqul ‘adah (amal ibadah yang melampaui lazimnya kesanggupan manusia), lalu Allah pun menganugrahkan kepada  mereka kemampuan khariqul ‘adah (kemampuan melakukan sesuatu hal yang berada di luar kemampuan lazimnya manusia).
Teman teman saya yang menolak karamah al-awliya’, disebabkan mereka tidak mengetahui persoalan ini kecuali kulitnya saja. Mereka tidak mengetahui perlakuan Allah terhadap para wali. Sekiranya orang tersebut mengetahui hal-ihwal para wali dan perlakuan Allah terhadap mereka,  niscaya mereka tidak akan menolaknya. Penolakan mereka terhadap karamah al-awliya’, disebabkan oleh kadar akses mereka terhadap Allah hanya sebatas menegaskan-Nya bersungguh-sungguh di dalam mewujudkan kejujuran (al-shidq); bersikap benar dalam mewujudkan kesungguhan sehingga meraih posisi al-qurbah (dekat dengan Allah). Sementara mereka buta terhadap karunia dan akses Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Demikian juga buta terhadap cinta (mahabbah) dan kelembutan (ra’fah) Allah kepada para wali. Apabila mereka mendengar sedikit tentang hal ini, mereka bingung dan menolaknya.
karomah yang dimiliki para Wali  adalah merupakan sesuatu perkara yang terjadi diluar kemampuan akal manusia biasa untuk memikirkan atau menciptakan .perkara itu ( karomah) diberikan Alloh kepada hambanya yang sudah terang kebaikannya( shalehnya), setiap sikap perbuatan dan ucapannya serta keadaan hatinya selalu bergerak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang dibawa oleh Rosululloh SAW baik dalam segi syaria’t atau aqidah serta akhlaknya.
Oleh karena itu bagi Waliyulloh dengan Karomahnya kadang-kadang tampak keanehan-keanehan baik dalam sikap tindakan dan ucapan yang tidak begitu saja mudah bagi akal manusia biasa untuk memahaminya. Sebagai contoh karomah ialah seperti dapat dilihat adanya peristiwa Maryam yang disebut dalam surat Ali Imron ayat 37, juga peristiwa Ashabul Kahfi dalam surat al kahfi ayat 25 dan tidak berbeda pula halnya dengan Karomah-karomah Para Habaib dan Para Ulama yang saya tulis tersebut seperti karomahnya Al Habib Abduloh bil Faqih yang selalu bertemu langsung dengan Rosululloh begitu pula dengan KH.Hamim Djazuli (Gus Miek) yang melakukan dakwahnya ditempat hiburan malam/diskotik begitupun dengan Habib syaikhon al bahar. Semoga Alloh dapat mempertemukan saya dan mungkin para muhibbin  dengan Habib Syaikhon Al bahar  sekedar mencium tangan dan menjabat tangannya sebagai rasa Mahabbah dan cinta terhadap Ulama dan waliyulloh. Wallohu a’lam

PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA (NUSANTARA)


MUQADDIMAH
Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya Islam di Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu perlu ada penjelasan lenih dahulu tentang penegrtian “masuk”, antara lain:
  1. Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
  2. Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
  3. Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber barat, dan timur. Disamping jiga berkembang dari sudut pandang Eropa Sentrisme dan Indonesia Sentrisme.
Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
  1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
    1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
    2. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
    3. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
    4. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
    5. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
    6. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
    7. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
    8. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
  1. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
    1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
  2. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
    1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
    2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
    3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
    4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
Siapakah Pembawa Islam ke Indonesia?
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
  1. ukiran batu nisan gaya Gujarat.
  2. Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
  1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
  2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
  3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
  1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
  2. munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
  1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
  2. Beberapa makam China muslim.
  3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)
Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia
1. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).
2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).
3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya.
Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam melawan colonial.

Sejarah Bali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah Bali meliputi rentang waktu perkembangan kebudayaan masyarakat Bali. Sejarah Bali juga terkait dengan beberapa mitologi dan cerita rakyat, yang ada kaitannya dengan sejarah sebuah tempat atau peristiwa yang pernah ada di Bali.

Masa Prasejarah

Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan. Walaupun pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, maka bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan kita.
Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di Bali semakin terang. Perhatian terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan oleh seorang naturalis bernama Georg Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer. Sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis. Dia mengadakan perjalanan menjelajahi Bali. Dan memberikan beberapa catatan antara lain tentang nekara Pejeng, desa Trunyan, Pura Bukit Penulisan. Perhatian terhadap nekara Pejeng ini dilanjutkan oleh K.C Crucq tahun 1932 yang berhasil menemukan tiga bagian cetakan nekara Pejeng di Pura Desa Manuaba desa Tegallalang.
Penelitian prasejarah di Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. van Heekeren dengan hasil tulisan yang berjudul Sarcopagus on Bali tahun 1954. Pada tahun 1963 ahli prasejarah putra Indonesia Drs. R.P. Soejono melakukan penggalian ini dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tahun 1973, 1974, 1984, 1985. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap benda-benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk Gilimanuk diduga bahwa lokasi Situs Gilimanuk merupakan sebuah perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali. Di tempat ini sekarang berdiri sebuah museum.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali, kehidupan masyarakat ataupun penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat dibagi menjadi :
  1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
  2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
  3. Masa bercocok tanam
  4. Masa perundagian

Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 dengan ditemukan di desa Sambiran (Buleleng Timur), dan ditepi timur dan tenggara Danau Batur (Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak berimbas, serut dan sebagainya. Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah tersebut kini disimpan di museum Gedung Arca di Bedahulu Gianyar.
Kehidupan penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya tergantung pada alam lingkungannya. Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya. Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang mengandung persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Hidup berburu dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama. Tugas berburu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi. Perempuan hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya. Hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti apakah manusia pada masa itu telah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama lainnya.
Walaupun bukti-bukti yang terdapat di Bali kurang lengkap, tetapi bukti-bukti yang ditemukan di daerah Pacitan dapatlah kiranya dijadikan pedoman. Para ahli memperkirakan bahwa alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman dan mempunyai banyak persamaan dengan alat-alat batu dari Sembiran, dihasilkan oleh jenis manusia. Pithecanthropus erectus atau keturunannya. Kalau demikian mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran dihasilkan oleh manusia jenis Pithecanthropus atau keturunannya.

Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh. Hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam sekitar dilanjutkan terbukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan kulit kerang. Bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung). Goa ini terletak di Pegunungan gamping di semenanjung Benoa. Di daerah ini terdapat goa yang lebih besar ialah goa Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana.Dalam penggalian goa Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang. Diantara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.
Alat-alat semacam ini ditemukan pula di goa-goa Sulawesi Selatan pada tingkat perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal pula di Australia Timur. Di luar Bali ditemukan lukisan dinding-dinding goa , yang menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan masyarakat pada waktu itu. Lukisan-lukisan di dinding goa atau di dinding-dinding karang itu antara lain yang berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, lukisan mata dan sebagainya. Beberapa lukisan lainnya ternyata lebih berkembang pada tradisi yang lebih kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga diantaranya adalah lukisan kadal seperti yang terdapat di pulau Seram dan Irian Jaya, mungkin mengandung arti kekuatan magis yang dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.

Masa bercocok tanam

Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing). Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan.
Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von Heine Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.

Masa Perundagian

Gong, yang ditemukan pula di berbagai tempat di Nusantara, merupakan alat musik yang diperkirakan berakar dari masa perundagian.
Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam kelompok-kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan peternakan). Dalam masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada zaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang terpenting diantaranya adalah temuan-temuan dari Anyer Lor (Jawa Barat), Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa). Dari temuan kerangka yang banyak jumlahnya menunjukkan ciri-ciri manusia. Sedangkan penemuan di Gilimanuk dengan jumlah kerangka yang ditemukan 100 buah menunjukkan ciri Mongolaid yang kuat seperti terlihat pada gigi dan muka. Pada rangka manusia Gilimanuk terlihat penyakit gigi dan encok yang banyak menyerang manusia ketika itu.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa dalam masyarakat Bali pada masa perundagian telah berkembang tradisi penguburan dengan cara-cara tertentu. Adapun cara penguburan yang pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau sarkofagus yang dibuat dari batu padas yang lunak atau yang keras.Cara penguburannya ialah dengan mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti ditemukan di tepi pantai Gilimanuk (Jembrana). Benda-benda temuan ditempat ini ternyata cukup menarik perhatian diantaranya terdapat hampir 100 buah kerangka manusia dewasa dan anak-anak, dalam keadaan lengkap dan tidak lengkap. Tradisi penguburan dengan tempayan ditemukan juga di Anyer Jawa Barat, Sabang (Sulawesi Selatan), Selayar, Roti dan Melolo (Sumba). Di luar Indonesia tradisi ini berkembang di Filipina, Thailand, Jepang dan Korea.
Kebudayaan megalithik ialah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar. Batu-batu ini mempunyai biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan. di daerah Bali tradisi megalithik masih tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Adapun temuan yang penting ialah berupa batu berdiri (menhir) yang terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di desa Trunyan. Di Pura in terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini tingginya hampir 4 meter. Temuan lainnya ialah di desa Sembiran (Buleleng), yang terkenal sebagai desa Bali kuna, disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan. Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat pada pura-pura yang dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini. dari 20 buah pura ternyata 17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya dibuat sederhana sekali. Diantaranya ada berbentuk teras berundak, batu berdiri dalam palinggih dan ada pula yang hanya merupakan susunan batu kali.
Temuan lainnya yang penting juga ialah berupa bangunan-bangunan megalithik yang terdapat di desa Gelgel (Klungkung).Temuan yang penting di desa Gelgel ialah sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran Jro Agung. Arca menhir ini dibuat dari batu dengan penonjolan kelamin wanita yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.


Masuknya Agama Hindu

Gua Gajah (sekitar abad XI), salah satu peninggalan masa awal periode Hindu di Bali.
Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih kurang tahun 1500, yakni dengan lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan masa-masa pengaruh Hindu. Dengan adanya pengaruh-pengaruh dari India itu berakhirlah zaman prasejarah Indonesia karena didapatkannya keterangan tertulis yang memasukkan bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah. Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di antaranya dari prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 913 Masehi yang menyebutkan kata "Walidwipa". Demikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1181 Masehi.
Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana, Jayapangus , Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan Penasihat Pusat. Dalam prasasti tertua 882 Masehi–-914 Masehi badan ini disebut dengan istilah "panglapuan". Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah "pakiran-kiran i jro makabaihan". Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan pendeta Siwa dan Budha.
Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja Anak Wungsu, kita dapat membedakan jenis seni menjadi dua kelompok yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Tentu saja istilah seni keraton ini tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat. Kadang-kadang seni ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain seni keraton ini bukanlah monopoli raja-raja.
Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman megalitikum masih terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan kepada pemujaan roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan berundak-undak. Kadang-kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit sebagai simbol roh nenek moyang mereka. Pada zaman Hindu hal ini terlihat pada bangunan pura yang mirip dengan pundan berundak-undak. Kepercayaan pada dewa-dewa gunung, laut, dan lainnya yang berasal dari zaman sebelum masuknya Hindu tetap tercermin dalam kehidupan masyarakat pada zaman setelah masuknya agama Hindu. Pada masa permulaan hingga masa pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi tidak diketahui dengan pasti agama yang dianut pada masa itu. Hanya dapat diketahui dari nama-nama biksu yang memakai unsur nama Siwa, sebagai contoh biksu Piwakangsita Siwa, biksu Siwanirmala, dan biksu Siwaprajna. Berdasarkan hal ini, kemungkinan agama yang berkembang pada saat itu adalah agama Siwa. Baru pada masa pemerintahan Raja Udayana dan permaisurinya, ada dua aliran agama besar yang dipeluk oleh penduduk, yaitu agama Siwa dan agama Budha. Keterangan ini diperoleh dari prasasti-prasastinya yang menyebutkan adanya mpungku Sewasogata (Siwa-Buddha) sebagai pembantu raja.


Masa 1343-1846

Masa ini dimulai dengan kedatangan ekspedisi Gajah Mada pada tahun 1343.


Kedatangan Ekspedisi Gajah Mada

Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh Kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa. Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh beberapa orang arya. Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan Kerajaan Bedahulu. Pertempuran ini mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasung Grigis menyerah, terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga. Dari sinilah berawal wangsa Kepakisan.


Periode Gelgel

Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan oleh Dalem Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Gelgel (dibaca /gɛl'gɛl/). Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja pertama. Raja yang kedua adalah Dalem Watu Renggong (1460—1550). Dalem Watu Renggong menaiki singgasana dengan warisan kerajaan yang stabil sehingga ia dapat mengembangkan kecakapan dan kewibawaannya untuk memakmurkan Kerajaan Gelgel. Di bawah pemerintahan Watu Renggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak kejayaannya. Setelah Dalem Watu Renggong wafat ia digantikan oleh Dalem Bekung (1550—1580), sedangkan raja terakhir dari zaman Gelgel adalah Dalem Di Made (1605—1686).


Zaman Kerajaan Klungkung

Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gelgel. Pemberontakan I Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali. Gusti Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan, ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, yaitu bekas tempat persembunyiannya di Semarapura.
Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja pertama zaman Klungkung. Raja kedua adalah Dewa Agung Di Made I, sedangkan raja Klungkung yang terakhir adalah Dewa Agung Di Made II. Pada zaman Klungkung ini wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil ini selanjutnya menjadi swapraja (berjumlah delapan buah) yang pada zaman kemerdekaan dikenal sebagai kabupaten.

 


Kerajaan-kerajaan pecahan Klungkung

  1. Kerajaan Badung, yang kemudian menjadi Kabupaten Badung.
  2. Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.
  3. Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.
  4. Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.
  5. Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.
  6. Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.
  7. Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.


Masa 1846-1949

Pada periode ini mulai masuk intervensi Belanda ke Bali dalam rangka "pasifikasi" terhadap seluruh wilayah Kepulauan Nusantara. Dalam proses yang secara tidak disengaja membangkitkan sentimen nasionalisme Indonesia ini, wilayah-wilayah yang belum ditangani oleh administrasi Batavia dicoba untuk dikuasai dan disatukan di bawah administrasi. Belanda masuk ke Bali disebabkan beberapa hal: beberapa aturan kerajaan di Bali yang dianggap mengganggu kepentingan dagang Belanda, penolakan Bali untuk menerima monopoli yang ditawarkan Batavia, dan permintaan bantuan dari warga Pulau Lombok yang merasa diperlakukan tidak adil oleh penguasanya (dari Bali).


Perlawanan Terhadap Orang-Orang Belanda

Masa ini merupakan masa perlawanan terhadap kedatangan bangsa Belanda di Bali. Perlawanan-perlawanan ini ditandai dengan meletusnya berbagai perang di wilayah Bali. Perlawanan-perlawanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perang Buleleng (1846) 2. Perang Jagaraga (1848--1849) 3. Perang Kusamba (1849) 4. Perang Banjar (1868) 5. Puputan Badung (1906) 6. Puputan Klungkung (1908) Dengan kemenangan Belanda dalam seluruh perang dan jatuhnya kerajaan Klungkung ke tangan Belanda, berarti secara keseluruhan Bali telah jatuh ke tangan Belanda.


Zaman Penjajahan Belanda

Sejak kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal pemerintahan di Bali. Hal ini dilaksanakan dengan mengubah nama raja sebagai penguasa daerah dengan nama regent untuk daerah Buleleng dan Jembrana serta menempatkan P.L. Van Bloemen Waanders sebagai controleur yang pertama di Bali.
Struktur pemerintahan di Bali masih berakar pada struktur pemerintahan tradisional, yaitu tetap mengaktifkan kepemimpinan tradisional dalam melaksanakan pemerintahan di daerah-daerah. Untuk di daerah Bali, kedudukan raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, yang pada waktu pemerintahan kolonial didampingi oleh seorang controleur. Di dalam bidang pertanggungjawaban, raja langsung bertanggung jawab kepada Residen Bali dan Lombok yang berkedudukan di Singaraja, sedangkan untuk Bali Selatan, raja-rajanya betanggung jawab kepada Asisten Residen yang berkedudukan di Denpasar. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi, pemerintah Belanda telah membuka sebuah sekolah rendah yang pertama di Bali, yakni di Singaraja (1875) yang dikenal dengan nama Tweede Klasse School. Pada tahun 1913 dibuka sebuah sekolah dengan nama Erste Inlandsche School dan kemudian disusul dengan sebuah sekolah Belanda dengan nama Hollands Inlandshe School (HIS) yang muridnya kebanyakan berasal dari anak-anak bangsawan dan golongan kaya.


Lahirnya Organisasi Pergerakan

Akibat pengaruh pendidikan yang didapat, para pemuda pelajar dan beberapa orang yang telah mendapatkan pekerjaan di kota Singaraja berinisiatif untuk mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama "Suita Gama Tirta" yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Bali dalam dunia ilmu pengetahuan melalui ajaran agama. Sayang perkumpulan ini tidak burumur panjang. Kemudian beberapa guru yang masih haus dengan pendidikan agama mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Shanti" pada tahun 1923. Perkumpulan ini memiliki sebuah majalah yang bernama "Shanti Adnyana" yang kemudian berubah menjadi "Bali Adnyana".
Pada tahun 1925 di Singaraja juga didirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Suryakanta" dan memiliki sebuah majalah yang diberi nama "Suryakanta". Seperti perkumpulan Shanti, Suryakanta menginginkan agar masyarakat Bali mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan menghapuskan adat istiadat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, di Karangasem lahir suatu perhimpunan yang bernama "Satya Samudaya Baudanda Bali Lombok" yang anggotanya terdiri atas pegawai negeri dan masyarakat umum dengan tujuan menyimpan dan mengumpulkan uang untuk kepentingan studie fons.


Zaman Pendudukan Jepang

Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942. Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali. Mula-mula yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil.
Karena selama pendudukan Jepang suasana berada dalam keadaan perang, seluruh kegiatan diarahkan pada kebutuhan perang. Para pemuda dididik untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA). Untuk daerah Bali, PETA dibentuk pada bulan Januari tahun 1944 yang program dan syarat-syarat pendidikannya disesuaikan dengan PETA di Jawa.

 

 

  Zaman Kemerdekaan

Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 23 Agustus 1945, Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan beliau inilah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke desa-desa. Pada saat itulah mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan susunan pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya Singaraja.
Sejak pendaratan NICA di Bali, Bali selalu menjadi arena pertempuran. Dalam pertempuran itu pasukan RI menggunakan sistem gerilya. Oleh karena itu, MBO sebagai induk pasukan selalu berpindah-pindah. Untuk memperkuat pertahanan di Bali, didatangkan bantuan ALRI dari Jawa yang kemudian menggabungkan diri ke dalam pasukan yang ada di Bali. Karena seringnya terjadi pertempuran, pihak Belanda pernah mengirim surat kepada Rai untuk mengadakan perundingan. Akan tetapi, pihak pejuang Bali tidak bersedia, bahkan terus memperkuat pertahanan dengan mengikutsertakan seluruh rakyat.
Untuk memudahkan kontak dengan Jawa, Rai pernah mengambil siasat untuk memindahkan perhatian Belanda ke bagian timur Pulau Bali. Pada 28 Mei 1946 Rai mengerahkan pasukannya menuju ke timur dan ini terkenal dengan sebutan "Long March". Selama diadakan "Long March" itu pasukan gerilya sering dihadang oleh tentara Belanda sehingga sering terjadi pertempuran. Pertempuran yang membawa kemenangan di pihak pejuang ialah pertempuran Tanah Arun, yaitu pertempuran yang terjadi di sebuah desa kecil di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Dalam pertempuran Tanah Arun yang terjadi 9 Juli 1946 itu pihak Belanda banyak menjadi korban. Setelah pertempuran itu pasukan Ngurah Rai kembali menuju arah barat yang kemudian sampai di Desa Marga (Tabanan). Untuk lebih menghemat tenaga karena terbatasnya persenjataan, ada beberapa anggota pasukan terpaksa disuruh berjuang bersama-sama dengan masyarakat.


Puputan Margarana

Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada 18 November 1946 (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi Nica ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan Nica dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari Makasar. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan" sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.


Konferensi Denpasar

Pada tanggal 18 sampai 24 Desember 1946, Konferensi denpasar berlangsung di pendopo Bali Hotel. Konferensi itu dibuka oleh Van Mook yang bertujuan untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) dengan ibu kota Makasar (Ujung Pandang).
Dengan terbentuknya Negara Indonesia Timur itu susunan pemerintahan di Bali dihidupkan kembali seperti pada zaman raja-raja dulu, yaitu pemerintahan dipegang oleh raja yang dibantu oleh patih, punggawa, perbekel, dan pemerintahan yang paling bawah adalah kelian. Di samping itu, masih ada lagi suatu dewan yang berkedudukan di atas raja, yaitu dewan raja-raja.


Penyerahan Kedaulatan

Agresi militer yang pertama terhadap pasukan pemeritahan Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta dilancarakan oleh Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Belanda melancarkan lagi agresinya yang kedua 18 Desember 1948. Pada masa agresi yang kedua itu di Bali terus-menerus diusahakan berdirinya badan-badan perjuangan bersifat gerilya yang lebih efektif. Sehubungan dengan hal itu, pada Juli 1948 dapat dibentuk organisasi perjuangan dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia Merdeka (GRIM). Selanjutnya, tanggal 27 November 1949, GRIM menggabungkan diri dengan organisasi perjuangan lainnya dengan nama Lanjutan Perjuangan. Nama itu kemudian diubah lagi menjadi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Sunda Kecil.
Sementara itu, Konferensi Meja Bundar (KMB) mengenai persetujuan tentang pembentukan Uni Indonesia - Belanda dimulai sejak akhir Agustus 1949. Akhirnya, 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan RIS. Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misteri Dibalik Cara Hidup Masyarakat Jepang




Orang Jepang selalu terlihat misterius. Mereka biasanya jarang tersenyum, kaku dan terlihat sering saling tingkah. Mengetahui ada apa dibalik kebiasaan yang sering dilakukan mungkin dapat sedikit menyibak kemisteriusannya.

Kimono, sumo, sumpit dan sake adalah empat hal yang selalu berkaitan dengan Jepang. Ketiga hal itu juga banyak mempengaruhi cara hidup mereka.

Kimono
Kimono misalnya, baju tradisional ini ternyata bukan sekedar penutup tubuh. Banyak falsafah hidup yang terkandung di dalamnya. Mengenakan kimono tidak boleh sembarang. Ada aturan baku yang harus diikuti. Tidak hanya itu, banyak hal unik yang dilakukan masyarakat berkaitan dengan hal-hal tersebut.

Sumpit
Sumpit tidak bisa dipisahkan dalam tata cara makan. Sebagian besar orang Jepang akan mematahkan sumpitnya menjadi dua bagian selesai makan. Menurut adat, apabila sumpit tidak dipatahkan, mereka akan terserang suatu penyakit akibat makanan tersebut. Namun, saat ini tradisi tersebut hanya dilakukan saat bersantap di restoran. Untuk bersantap di rumah, setiap anggota keluarga menyimpan sendiri sumpit masing-masing. Bertukar sumpit tabu dilakukan karena dapat dianggap membawa sial.

Budaya yang dipengaruhi agama Budha juga mempengaruhi pentingnya benda ini. Masyarakat Jepang selalu menyediakan semacam sesaji untuk arwah kerabatnya yang berbentuk semangkuk nasi dengan sepasang sumpit yang tertancap tegak lurus ditengah nasi. Sepintas benda ini akan berbentuk seperti kuburan dengan sumpit sebagai nisannya.

Sumo
Kita mungkin bertanya mengapa pemain Sumo selalu berbadan gendut dan besar. Memang , syarat utama pemain Sumo adalah, lelaki dengan struktur tulang besar, dan mampu dan mau menambah berat badannya. tidak semua pemain sumo besar sejak kecil. Malah, banyak yang menjadi besar dan gendut setelah masuk pelatihan khusus. Ketika seseorang sudah diterima sebagai pemain sumo, ia harus mampu menjaga "kebesaran" badannnya.

Banyak anak muda yang bercita-cita sebagai pemain sumo. Hal ini dapat dimengerti karena seorang juara sumo mendapat tempat istimewa dalam masyarakat. Setiap pemain dianggap dewa daerah asalnya. Dua orang petarung dianggap mewakili Dewa Gunung (Yamasachichiko) dan Dewa Lautan (Umisachichiko). Sebagai juara dia berhak memperoleh fasilitas mobil lengkap dengan bahan bakarnya selama setahun penuh (bensin sangat mahal di Jepang). Ia juga berhak memperoleh seribu jamur shiitake dan seekor sapi setiap kali makan. Selain itu, ia juga berhak mengkonsumsi minuman cola sesuka hatinya.

Sake
Minuman tradisional ini harus diminum dalam cangkir yang kecil. Hal ini berkaitan dengan tradisi Jepang Kuno. Nenek moyang mereka selalu makan dengan tempat yang terbuat dari kulit kerang besar. Sedangkan kulit kerang kcil digunakan sebagai cawan air. Maka, saat ini minuman harus selalu ditempatkan di wadah kecil. Sedangkan makanan dalam wadah yang lebih besar. Setiap orang yang hendak minum, harus menuangkannya untuk temannya terlebih dulu. Pada acara minum, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.

Mabuk setelah minum sake adalah hal yang biasa. Apalagi minuman dengan kadar alkohol tinggi ini (sekitar 20%) harus selalu hadir dalam setiap acara. Sejak remaja mereka sudah boleh minum sake. Namun, tentu saja hanya satu atau dua cangkir. Sake selalu disajikan dalam tiga kategori. Dari yang biasa sampai spesial. Jenis sake yang paling biasa disebut nikyu. Kualitas yang diatasnya disebut ikkyu. Sedangkan yang spesial disebut tokkyu. Untuk acara seperti pernikahan, perayaan karena promosi jabatan atau hanya sekedar makan malam romantis tentu saja harus sake spesial. Tingginya kadar alkohol di dalam sake membuat kesan orang Jepang suka sekali mabuk. Selain sake, mereka juga suka sekali minum whiski dan bir.

Selain ketiga hal diatas, banyak tradisi lain yang menarik. Saling bertukar kartu nama seperti yang sering kita lakukan saat bertemu kenalan baru, dipercaya berasal dari Jepang. Oleh karena itu, kartu nama adalah hal yang penting seperti halnya telepon genggam. Sebagian besar perusahaan Jepang mencetak kartu nama karyawannya dengan kertas dan bentuk yang menarik. Semakin bagus kartu namanya, semakin bergengsi perusahaannya. Masih menganggap orang Jepang misterius? (bnes).

Sumber: Tabloid Ibu & Anak